Minggu, 28 Desember 2014

Artikel Serba-serbi Ramadhan

SERBA-SERBI ROMADLON (part 1)
Tema : Papajar
Inikah yang dikehendaki Alloh dari kita?

D
iantara sifat orang yang beriman adalah merasa gembira dengan datangnya Ramadhan, dan merasa sedih dengan kepergiannya. Oleh karena itu detik-detik dalam bulan penuh berkah ini digunakannya untuk benar-benar mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla dengan berbagai ibadah : shaum, tarawih, sedekah, membaca serta mempelajari Al Qur’an, dll. Makin dekat ke akhir Ramadhan, semangatnya makin tinggi dalam mengejar ampunan dan rahmat Allah Subhaanahu wa Ta’aala dengan puncaknya beritikaf di sepuluh malam terakhir untuk mendapatkan Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Sifat seperti ini merupakan bukti keimanannya dalam memenuhi seruan Rabbnya agar bersegera untuk mendapatkan ampunan dari-Nya dan surga yang seluas langit dan bumi.
Ketika Bulan Romadlon tiba, ummat Islam di seluruh dunia bergembira menyambut Bulan penuh berkah tersebut. Tak terkecuali Ummat Islam di Indonesia yang merupakan penduduk mayoritas meski hanya secara kuantitas.
Ekspresi kegembiraan di berbagai daerah dalam menyambut Bulan Suci itu bermacam-macam. Di Cianjur ada istilah “Papajar”, entah dari mana dan dari siapa kata papajar tersebut berawal, yang kami amati dari papajar adalah mencari tempat-tempat rekreasi untuk memuaskan kegiatan-kegiatan yang dilarang di bulan Romadlon. Ada yang membawa makanan dengan lauk-pauknya untuk “botram”, ada yang dengan motor club’nya hanya sekedar hura- hura, ada yang pula yang berpasangan dengan pacarnya dengan asumsi bahwa di bulan Romadlon dilarang berpacaran, bahkan ada sebagian orang yang hampir tidak ketinggalan setiap tahunnya untuk mengikuti kegiatan papajar tanpa diikuti dengan kegiatan shaumnya.
Semakin lama kegiatan papajar ini semakin marak, bahkan mereka merasa kurang sempurna shaumnya jika tidak mengadakan kegiatan papajar. Penulis maklum, jika papajar dilihat sebagai tradisi. Tapi yang berkembang di masyarakat (Cianjur-pen) hampir  menjadi suatu keharusan. Hal ini banyak dilakukan oleh pribadi, pasangan, keluarga, instansi-instansi pemerintah bahkan  instansi pendidikan. Ketika  Ummat Islam bergembira dengan datangnya bulan Romadlon, hal itu memang dianjurkan oleh Rosululloh SAW. Tapi apakah papajar sudah sesuai dengan sunnah? Melihat kegembiraannya, Oke itu dianjurkan. Tapi cara mengekspresikan kegembiraan itu dengan memuaskan hal-hal yang dilarang nanti pada bulan Romadlon, ini yang tidak nyunnah. Yang paling dikhawatirkan dari kegiatan papajar ini adalah pada awalnya mereka berpendapat bahwa papajar adalah tradisi (budaya) semata tapi lama kelamaan akan berkembang menjadi syari’at.
Padahal yang biasa dilakukan Rosulullah SAW ketika menjelang Romadhon tiba adalah bukan berhura-hura, bukan mayoran, bukan muas-muasin mumpung serba dibolehkan. Tapi Beliau mengumpulkan para sahabatnya kemudian beliau berpidato sebagai taushiyah. Inilah isi taushiyahnya sebagaimana yang diceritakan oleh Sahabat beliau Salman Al Farisi sebagai berikut:
 “Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung, bulan yang penuh berkah, dimana didalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan dimana Allah mewajibkan puasa dan menganjurkan melakukan ibadah sunnah dimalam harinya. Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah di bulan ini dengan mengerjakan suatu perbuatan baik atau menunaikan suatu kewajiban, maka dia sama dengan menunaikan tujuh puluh kewajiban di saat-saat lain. Bulan ini adalah bulan bersabar, barangsiapa yang bersabar, pahalanya adalah surga. Bulan ini juga bulan kebersamaan. Bulan dimana rezeki orang mu’min bertambah. Barangsiapa yang memberi buka kepada orang yang berpuasa, berarti dia melebur dosa-dosanya dan membebaskannya dari api neraka. Adapun orang yang memberi buka itu sendiri mendapatkan pahala yang sama (dengan orang yang berpuasa) tanpa kurang sedikitpun.”
Kemudian para Sahabat berkata, “Tidak semua kami mampu menyediakan buka bagi orang berpuasa”
Nabi pun bersabda, “Allah memberikan pahala ini kepada orang yang memberi buka, meskipun hanya dengan sebutir kurma, seteguk air atau sececap susu. Bulan ini adalah bulan yang awalnya merupakan rahmat, tengahnya ampunan dan akhirnya pembebasan dari api neraka. Barangsiapa meringankan beban buruhnya di bulan ini, maka Allah akan mengampuninya dan membebaskannya dari api neraka. Maka perbanyaklah di bumi ini melakukan empat hal. Dua diantaranya akan membuat Tuhan kalian ridha dan dua hal lainnya merupakan kebutuhan yang tak dapat kalian abaikan. Dan hal yang membuat Tuhan kalian ridha adalah bersyahadat bahwa tiada tuhan selain Allah dan beristighfar, memohon ampun kepada-Nya. Sedangkan dua hal lainnya yang tidak dapat kalian abaikan adalah memohon surga kepada Allah dan memohon perlindungan-Nya dari api neraka. Barangsiapa membuat kenyak seseorang yang berpuasa di bulan ini, maka Allah akan memberinya minum dari telagaku. Minuman yang tidak akan membuat kehausan selamanya.”
So, ekspresikanlah kegembiraan dalam menyambut bulan suci Romadlon dengan melaksanakan shaum dengan sungguh-sungguh dan meningkatkan amaliah ibadah yang lainnya (tarawih, tadarrus, tadabbur dan memperbanyak dzikrulloh). S’moga!











SERBA-SERBI ROMADLON (part 2)
Tema : Tarawih
Inikah yang dikehendaki Alloh dari kita?

S
alah satu fenomena yang terjadi di bulan Romadlon yang sangat menggembirakan adalah semaraknya berbagai kegiatan positif dari mulai sanlat, diskusi, bahsul kutub (bedah buku) perlombaan yang Islami, tadarus dan tarawih di langgar-langgar, musholla, masjid bahkan di rumah-rumah.
Selalu ada yang menarik mengamati berbagai kegiatan peribadatan di Bulan Romadlon, salah satunya adalah “Sholat Tarawih”. Di setiap Masjid sudah dapat dipastikan pada malam pertama Bulan Romadlon dipenuhi oleh semua lapisan masyarakat yang hendak melaksanakan sholat Tarawih berjama’ah, baik itu anak-anak, orang tua, remaja, laki-laki dan perempuan. Bahkan ada ungkapan dari warga bahwa masjid harus diperbesar, lantaran kurang mampu menampung jama’ah. Sungguh fenomena yang membanggakan.
Dalam Wikipedia dijelaskan bahwa “Shalat Tarawih (terkadang disebut teraweh atau taraweh) adalah shalat sunnat yang dilakukan khusus hanya pada bulan ramadhan. Tarawih dalam bahasa Arab adalah bentuk jama’ dari تَرْوِيْحَةٌ yang diartikan sebagai "waktu sesaat untuk istirahat" atau diartikan bersantai.
Tapi coba tengok setelah shaum sudah hitungan belasan atau sepuluh hari terakhir, maka dengan sendirinya mesjid akan memperbesar sendiri dengan melihat lengang dan luasnya ruang yang tersisa, dengan kata lain masjid-masjid banyak yang kosong (jama’ahnya sedikit). Padahal kalau diperhatikan pada 10 hari terakhir sudah banyak masyarakat yang mudik artinya masyarakat (jama’ah) idealnya bertambah. Tapi kenapa justru mengerucut?
Diawali dengan sholat Isya berjama’ah dengan bacaan Imam yang tartil dan gerakan tumaninah dilanjutkan dengan sholat sunnah rowatib ba’da Isya bahkan ada yang diselang dengan Kultum. Dengan diawali bacaan (semacam muroqi) oleh salah seorang ma’mum meski dengan terbata-bata : “Solatan sunatan tarawihi jami’atu rohimakumulloh” entah mereka tahu makna dan maksudnya sepertinya hal itu tidak terlalu penting. Dengan jawaban lantang dan sedikit berteriak makmum yang lain menjawab : “Asholatu la’ilaaha illalloh” kalau diartikan secara harfiah (sholat itu tiada tuhan selain Alloh). Terasa kurang nyambung, tapi lagi-lagi itu bukan hal yang penting, yang penting adalah semangatnya.
Imam pun berdiri dan mulai takbirotul ihrom, tanpa iftitah. fatihah dan seterusnya sampai salam seperti sholat pada umumnya. Tapi betapa kagetnya, bacaan Imam yang tartil dan gerakan yang tuma’ninah pada waktu sholat Isya, tidak ditemukan pada saat sholat Tarawih. Pada pelaksanaannya sholat tarawih hampir disetiap mesjid, langgar atau musholla, sulit menemukan bacaan Imam yang tartil dan susah mendapatkan gerakan yang tuma’ninah, padahal halite merupakan rukun sholat dan bagian dari keabsahan sholat.
Diawali dengan takbirotul ihrom, imam pun langsung membaca surat Al-Fatihah tanpa do’a iftitah. Dengan cepatnya fatihah itu dibaca bahkan dari ayat 1 sampai ayat 7 dibacanya tanpa bernafas. Setelah imam sampai  pada kata waladldloolliin dengan nafas terengah-engah, maka ma’mum serentak dengan teriakannya dan sedikit menyentak mengucapkan kata “Amin”, pendek dan kencang, bahkan ada sebagian ma’mum yang mendahului amin sebelum imam selesai membaca fatihah. Ruku’ dan sujud terasa hanya formalitas tanpa bacaan, begitu juga dengan I’tidal dan duduk diantara  dua sujud sulit untuk membaca do’a-do’a yang disunnahkan oleh Rosulullah SAW. Ketika membaca tasyahud (tahiyyat), saya baru sampai assalamu’alaika ayyuhannabiyyu … Imam sudah salam, padahal bacaan tahiyyat itu sudah saya usahakan untuk cepat.
Bagaimana nantinya nasib generasi berikutnya kalau kondisi ibadah terus turun temurun seperti ini. Miris memang kalau ibadah hanya mengandalkan semangat tanpa memperhatikan syarat, rukun serta sunnahnya.
Penulis teringat anekdot, mudah-mudahan ini hanya sekedar anekdot. Ada seorang pemuda kerempeng yang tertarik ingin masuk dan mempelajari Islam, sebut saja dia Mike, kebetulan kejadiannya pada bulan Romadlon. Dengan penuh semangat si Muslim yang merupakan sahabatnya mengajaknya ke sebuah langgar di pinggiran kota, sambil bercerita panjang lebar tentang agama Islam.
Setibanya di langgar, kebetulan sedang melaksanakan sholat Tarawih, Mike pun memperhatikan prilaku orang-orang yang sedang melaksanakan sholat. Shaf paling belakang dilihatnya diisi oleh para pemuda. Tak begitu lama memperhatikan ia pun pulang dengan berbagai pikiran dan perasaan yang gundah. Di satu sisi dia ingin masuk dan mempelajari Islam lebih dalam, tapi di sisi lain ia khawatir tidak sanggup menjalankannya. Ia pun bercerita kepada sahabatnya (Muslim) bahwa ia tidak jadi masuk dan mempelajari Islam. Si Muslim pun kaget bukan kepalang, kenapa orang yang tadinya sudah tertarik masuk Islam malah tidak jadi. “Kenapa kamu tidak jadi masuk agama Islam?” Tanya si Muslim penuh keheranan. “Saya kayanya tidak sanggup untuk menjalankan ajaran Islam yang begitu berat” jawab Mike sedikit penyesalan. “Memangnya kenapa tidak sanggup, tidak ada yang berat kok menjalan ibadah dalam Islam” Muslim meyakinkan Mike sambil memegang bahunya dengan body language penuh ajakan, supaya tidak mengurungkan niatnya.
Rupanya ketika Mike memperhatikan ma’mum pemuda di shaf belakang tadi, mereka sholatnya sambil dorong-dorongan, saling sikut dan saling piting. Si  Mike berpendapat bahwa ibadah (sholat) dalam agama Islam membutuhkan tenaga besar, sedangkan dia (Mike) kurang memiliki tenaga dengan tubuh kerempengnya. Sekali lagi penulis ungkapkan bahwa ini sekedar anekdot yang diambil dari dunia hayal, mudah-mudahan.

Namun apalah jadinya kalau anekdot di atas merupakan kenyataan di kebanyakan masjid dan langgar-langgar. Na’udzubillah, karena penulis yakin bukan seperti ini yang dikehendaki Alloh SWT dari kita semua.

1 komentar:

  1. However, may be} answerable for the proper positioning of your wager on the layout regardless of whether or not the guess is positioned by 1xbet the dealer. Inside and out of doors check with where on the roulette board the bets are being positioned. Bets which might be} positioned on the numbers are referred to as inside, and bets positioned on other sections of the board are referred to as outdoors. The Chi Square Goodness of Fit check is taken into account the “gold standard” of testing for all kinds of issues surrounding the randomness of the wheel head. Not solely will it determine if standard put on and tear has created an issue, Chi Square may also determine if the wheel head has been altered by a buyer or a dishonest worker. Chi Square tests must be used to check all wheel heads a minimum of|no much less than} quickly as} yearly.

    BalasHapus