SERBA-SERBI ROMADLON (part
1)
Tema : Papajar
Inikah yang dikehendaki Alloh dari kita?
D
|
iantara sifat orang yang beriman adalah merasa gembira dengan datangnya
Ramadhan, dan merasa sedih dengan kepergiannya. Oleh karena itu detik-detik
dalam bulan penuh berkah ini digunakannya untuk benar-benar mendekatkan diri
kepada Allah Azza wa Jalla dengan berbagai ibadah : shaum, tarawih, sedekah,
membaca serta mempelajari Al Qur’an, dll. Makin dekat ke akhir Ramadhan,
semangatnya makin tinggi dalam mengejar ampunan dan rahmat Allah Subhaanahu wa
Ta’aala dengan puncaknya beritikaf di sepuluh malam terakhir untuk mendapatkan
Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Sifat seperti ini
merupakan bukti keimanannya dalam memenuhi seruan Rabbnya agar bersegera untuk
mendapatkan ampunan dari-Nya dan surga yang seluas langit dan bumi.
Ketika Bulan Romadlon tiba, ummat Islam di seluruh
dunia bergembira menyambut Bulan penuh berkah tersebut. Tak terkecuali Ummat
Islam di Indonesia yang merupakan penduduk mayoritas meski hanya secara
kuantitas.
Ekspresi kegembiraan di berbagai daerah dalam
menyambut Bulan Suci itu bermacam-macam. Di Cianjur ada istilah “Papajar”,
entah dari mana dan dari siapa kata papajar tersebut berawal, yang kami amati
dari papajar adalah mencari tempat-tempat rekreasi untuk memuaskan
kegiatan-kegiatan yang dilarang di bulan Romadlon. Ada yang membawa makanan
dengan lauk-pauknya untuk “botram”, ada yang dengan motor club’nya hanya
sekedar hura- hura, ada yang pula yang berpasangan dengan pacarnya dengan
asumsi bahwa di bulan Romadlon dilarang berpacaran, bahkan ada sebagian orang
yang hampir tidak ketinggalan setiap tahunnya untuk mengikuti kegiatan papajar
tanpa diikuti dengan kegiatan shaumnya.
Semakin lama kegiatan papajar ini semakin marak,
bahkan mereka merasa kurang sempurna shaumnya jika tidak mengadakan kegiatan
papajar. Penulis maklum, jika papajar dilihat sebagai tradisi. Tapi yang
berkembang di masyarakat (Cianjur-pen) hampir
menjadi suatu keharusan. Hal ini banyak dilakukan oleh pribadi,
pasangan, keluarga, instansi-instansi pemerintah bahkan instansi pendidikan. Ketika Ummat Islam bergembira dengan datangnya bulan
Romadlon, hal itu memang dianjurkan oleh Rosululloh SAW. Tapi apakah papajar
sudah sesuai dengan sunnah? Melihat kegembiraannya, Oke itu dianjurkan. Tapi
cara mengekspresikan kegembiraan itu dengan memuaskan hal-hal yang dilarang
nanti pada bulan Romadlon, ini yang tidak nyunnah.
Yang paling dikhawatirkan dari kegiatan papajar ini adalah pada awalnya mereka
berpendapat bahwa papajar adalah tradisi (budaya) semata tapi lama kelamaan
akan berkembang menjadi syari’at.
Padahal yang
biasa dilakukan Rosulullah SAW ketika menjelang Romadhon tiba adalah bukan berhura-hura,
bukan mayoran, bukan muas-muasin mumpung serba dibolehkan. Tapi Beliau
mengumpulkan para sahabatnya kemudian beliau berpidato sebagai taushiyah.
Inilah isi taushiyahnya sebagaimana yang diceritakan oleh Sahabat beliau Salman
Al Farisi sebagai berikut:
“Wahai manusia,
telah datang kepada kalian bulan yang agung, bulan yang penuh berkah, dimana
didalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan dimana
Allah mewajibkan puasa dan menganjurkan melakukan ibadah sunnah dimalam
harinya. Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah di bulan ini dengan
mengerjakan suatu perbuatan baik atau menunaikan suatu kewajiban, maka dia sama
dengan menunaikan tujuh puluh kewajiban di saat-saat lain. Bulan ini adalah
bulan bersabar, barangsiapa yang bersabar, pahalanya adalah surga. Bulan ini
juga bulan kebersamaan. Bulan dimana rezeki orang mu’min bertambah. Barangsiapa
yang memberi buka kepada orang yang berpuasa, berarti dia melebur dosa-dosanya
dan membebaskannya dari api neraka. Adapun orang yang memberi buka itu sendiri
mendapatkan pahala yang sama (dengan orang yang berpuasa) tanpa kurang
sedikitpun.”
Kemudian para Sahabat berkata, “Tidak semua kami mampu
menyediakan buka bagi orang berpuasa”
Nabi pun bersabda, “Allah memberikan pahala ini kepada orang yang
memberi buka, meskipun hanya dengan sebutir kurma, seteguk air atau sececap
susu. Bulan ini adalah bulan yang awalnya merupakan rahmat, tengahnya ampunan
dan akhirnya pembebasan dari api neraka. Barangsiapa meringankan beban buruhnya
di bulan ini, maka Allah akan mengampuninya dan membebaskannya dari api neraka.
Maka perbanyaklah di bumi ini melakukan empat hal. Dua diantaranya akan membuat
Tuhan kalian ridha dan dua hal lainnya merupakan kebutuhan yang tak dapat
kalian abaikan. Dan hal yang membuat Tuhan kalian ridha adalah bersyahadat
bahwa tiada tuhan selain Allah dan beristighfar, memohon ampun kepada-Nya.
Sedangkan dua hal lainnya yang tidak dapat kalian abaikan adalah memohon surga
kepada Allah dan memohon perlindungan-Nya dari api neraka. Barangsiapa membuat
kenyak seseorang yang berpuasa di bulan ini, maka Allah akan memberinya minum
dari telagaku. Minuman yang tidak akan membuat kehausan selamanya.”
So, ekspresikanlah kegembiraan dalam menyambut bulan
suci Romadlon dengan melaksanakan shaum dengan sungguh-sungguh dan meningkatkan
amaliah ibadah yang lainnya (tarawih, tadarrus, tadabbur dan memperbanyak
dzikrulloh). S’moga!
SERBA-SERBI ROMADLON (part
2)
Tema : Tarawih
Inikah yang dikehendaki Alloh dari kita?
S
|
alah satu fenomena yang terjadi di bulan Romadlon yang sangat
menggembirakan adalah semaraknya berbagai kegiatan positif dari mulai sanlat,
diskusi, bahsul kutub (bedah buku) perlombaan yang Islami, tadarus dan tarawih di
langgar-langgar, musholla, masjid bahkan di rumah-rumah.
Selalu ada yang menarik mengamati berbagai kegiatan
peribadatan di Bulan Romadlon, salah satunya adalah “Sholat Tarawih”. Di setiap
Masjid sudah dapat dipastikan pada malam pertama Bulan Romadlon dipenuhi oleh
semua lapisan masyarakat yang hendak melaksanakan sholat Tarawih berjama’ah,
baik itu anak-anak, orang tua, remaja, laki-laki dan perempuan. Bahkan ada
ungkapan dari warga bahwa masjid harus diperbesar, lantaran kurang mampu
menampung jama’ah. Sungguh fenomena yang membanggakan.
Dalam Wikipedia dijelaskan bahwa “Shalat Tarawih (terkadang disebut teraweh atau
taraweh) adalah shalat sunnat yang dilakukan khusus hanya pada bulan ramadhan. Tarawih dalam bahasa Arab adalah bentuk jama’ dari تَرْوِيْحَةٌ yang diartikan
sebagai "waktu sesaat untuk istirahat" atau diartikan
bersantai.
Tapi coba tengok setelah shaum sudah hitungan belasan
atau sepuluh hari terakhir, maka dengan sendirinya mesjid akan memperbesar
sendiri dengan melihat lengang dan luasnya ruang yang tersisa, dengan kata lain
masjid-masjid banyak yang kosong (jama’ahnya sedikit). Padahal kalau diperhatikan
pada 10 hari terakhir sudah banyak masyarakat yang mudik artinya masyarakat
(jama’ah) idealnya bertambah. Tapi kenapa justru mengerucut?
Diawali dengan sholat Isya berjama’ah dengan bacaan
Imam yang tartil dan gerakan tumaninah dilanjutkan dengan sholat sunnah rowatib
ba’da Isya bahkan ada yang diselang dengan Kultum. Dengan diawali bacaan
(semacam muroqi) oleh salah seorang ma’mum meski dengan terbata-bata : “Solatan
sunatan tarawihi jami’atu rohimakumulloh” entah mereka tahu makna dan maksudnya
sepertinya hal itu tidak terlalu penting. Dengan jawaban lantang dan sedikit
berteriak makmum yang lain menjawab : “Asholatu la’ilaaha illalloh” kalau
diartikan secara harfiah (sholat itu tiada tuhan selain Alloh). Terasa kurang
nyambung, tapi lagi-lagi itu bukan hal yang penting, yang penting adalah
semangatnya.
Imam pun berdiri dan mulai takbirotul ihrom, tanpa iftitah. fatihah dan
seterusnya sampai salam seperti sholat pada umumnya. Tapi betapa kagetnya,
bacaan Imam yang tartil dan gerakan yang tuma’ninah pada waktu sholat Isya,
tidak ditemukan pada saat sholat Tarawih. Pada pelaksanaannya sholat tarawih
hampir disetiap mesjid, langgar atau musholla, sulit menemukan bacaan Imam yang
tartil dan susah mendapatkan gerakan yang tuma’ninah, padahal halite merupakan
rukun sholat dan bagian dari keabsahan sholat.
Diawali dengan takbirotul ihrom, imam pun langsung
membaca surat Al-Fatihah tanpa do’a iftitah. Dengan cepatnya fatihah itu dibaca
bahkan dari ayat 1 sampai ayat 7 dibacanya tanpa bernafas. Setelah imam
sampai pada kata waladldloolliin dengan nafas terengah-engah, maka ma’mum serentak
dengan teriakannya dan sedikit menyentak mengucapkan kata “Amin”, pendek dan
kencang, bahkan ada sebagian ma’mum yang mendahului amin sebelum imam selesai
membaca fatihah. Ruku’ dan sujud terasa hanya formalitas tanpa bacaan, begitu
juga dengan I’tidal dan duduk diantara
dua sujud sulit untuk membaca do’a-do’a yang disunnahkan oleh Rosulullah
SAW. Ketika membaca tasyahud (tahiyyat), saya baru sampai assalamu’alaika ayyuhannabiyyu … Imam sudah salam, padahal bacaan
tahiyyat itu sudah saya usahakan untuk cepat.
Bagaimana nantinya nasib generasi berikutnya kalau
kondisi ibadah terus turun temurun seperti ini. Miris memang kalau ibadah hanya
mengandalkan semangat tanpa memperhatikan syarat, rukun serta sunnahnya.
Penulis teringat anekdot, mudah-mudahan ini hanya
sekedar anekdot. Ada seorang pemuda kerempeng
yang tertarik ingin masuk dan mempelajari Islam, sebut saja dia Mike, kebetulan
kejadiannya pada bulan Romadlon. Dengan penuh semangat si Muslim yang merupakan
sahabatnya mengajaknya ke sebuah langgar di pinggiran kota, sambil bercerita
panjang lebar tentang agama Islam.
Setibanya di
langgar, kebetulan sedang melaksanakan sholat Tarawih, Mike pun memperhatikan
prilaku orang-orang yang sedang melaksanakan sholat. Shaf paling belakang
dilihatnya diisi oleh para pemuda. Tak begitu lama memperhatikan ia pun pulang
dengan berbagai pikiran dan perasaan yang gundah. Di satu sisi dia ingin masuk
dan mempelajari Islam lebih dalam, tapi di sisi lain ia khawatir tidak sanggup
menjalankannya. Ia pun bercerita kepada sahabatnya (Muslim) bahwa ia tidak jadi
masuk dan mempelajari Islam. Si Muslim pun kaget bukan kepalang, kenapa orang
yang tadinya sudah tertarik masuk Islam malah tidak jadi. “Kenapa kamu tidak
jadi masuk agama Islam?” Tanya si Muslim penuh keheranan. “Saya kayanya tidak
sanggup untuk menjalankan ajaran Islam yang begitu berat” jawab Mike sedikit
penyesalan. “Memangnya kenapa tidak sanggup, tidak ada yang berat kok menjalan
ibadah dalam Islam” Muslim meyakinkan Mike sambil memegang bahunya dengan body
language penuh ajakan, supaya tidak mengurungkan niatnya.
Rupanya
ketika Mike memperhatikan ma’mum pemuda di shaf belakang tadi, mereka sholatnya
sambil dorong-dorongan, saling sikut dan saling piting. Si Mike berpendapat bahwa ibadah (sholat) dalam
agama Islam membutuhkan tenaga besar, sedangkan dia (Mike) kurang memiliki
tenaga dengan tubuh kerempengnya. Sekali lagi penulis ungkapkan bahwa ini sekedar
anekdot yang diambil dari dunia hayal, mudah-mudahan.
Namun apalah jadinya kalau anekdot di atas merupakan
kenyataan di kebanyakan masjid dan langgar-langgar. Na’udzubillah, karena penulis yakin bukan seperti ini yang
dikehendaki Alloh SWT dari kita semua.
However, may be} answerable for the proper positioning of your wager on the layout regardless of whether or not the guess is positioned by 1xbet the dealer. Inside and out of doors check with where on the roulette board the bets are being positioned. Bets which might be} positioned on the numbers are referred to as inside, and bets positioned on other sections of the board are referred to as outdoors. The Chi Square Goodness of Fit check is taken into account the “gold standard” of testing for all kinds of issues surrounding the randomness of the wheel head. Not solely will it determine if standard put on and tear has created an issue, Chi Square may also determine if the wheel head has been altered by a buyer or a dishonest worker. Chi Square tests must be used to check all wheel heads a minimum of|no much less than} quickly as} yearly.
BalasHapus